Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Ketika Nabi Muhammad berusia lima tahun, maka Halimah mengembalikan kepada ibundanya di Mekkah. Kenangan teramat indah tersimpan rapi di sukma Kak Syaima yang mencintai Rasulullah sepenuh jiwa raganya.

Puluhan tahun berlalu, teramat panjang jarak dan waktu yang memisahkan. Dan perjuangan dakwah Rasulullah mengantarkan beliau dan kaum muslimin bertempur hebat dengan suku Hawazin dan Tsaqif di Perang Hunain. Dengan kegigihan Nabi Muhammad, maka kaum muslimin dapat memenangkan peperangan secara dramatis dan menawan begitu banyak pihak musuh.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku Ketika Rasulullah Harus Berperang menceritakan, kaum muslimin menggiring para tawanan menemui Rasulullah yang di antaranya adalah Syaima binti Haris. Ia berkata, “Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya aku ini saudara sesusuan Nabi kalian.”

Setelah bertemu Rasulullah, Syaima berkata, “Wahai utusan Allah, sesungguhnya aku ini adalah saudara sesusuan engkau.”

Rasulullah bertanya, “Apakah ada tanda pengenalnya?”

Syaima menjawab, “Bekas gigitan di punggungku, engkau menggigitnya ketika aku sedang menggendong engkau.”  

Pada usia lima tahun Rasulullah berpisah dengan Kakak Syaima dan puluhan tahun telah berlalu, di mana Kak Syaima maupun Rasulullah telah sama-sama tua. Namun penjelasan Syaima berhasil memutar ulang memori masa kecil nan indah. Tak salah lagi, beliau tengah berhadapan dengan kakak yang teramat mencintainya dengan tulus.

Nabi Muhammad pun menggelar sorbannya dan mempersilahkan Syaima duduk di atasnya. Begitulah beliau memberikan penghormatan setinggi-tingginya. Maka Kak Syaima pun memeluk agama Islam di hadapan adik sepersusuannya.

Dia tidak aji mumpung. Syaima tidak meminta kedudukan tinggi dikarenakan Rasulullah telah menjadi pemimpin hebat. Karena segenap cinta kasih Kak Syaima amatlah tulus tanpa mengharap pamrih.

Dia terharu doa-doa yang dipanjatkan melalui dendang kasidahnya saat mengasuh Rasulullah cilik dulu telah dikabulkan Allah. Nabi Muhammad menjadi manusia pilihan yang dihormati penghuni langit dan bumi.

Syaima tidak menerima tawaran untuk tinggal bersama Rasulullah. Dia perempuan berbudi yang memilih kembali ke kampung halamannya, hidup seperti sediakala. Nabi Muhammad lalu memberikan perbekalan, berikut dengan tiga pelayan laki-laki, pelayan perempuan beserta beberapa unta dan kambing.

Amat disayangkan bila kisah cinta sejati yang demikian tulus dari Kak Syaima luput dari pengetahuan kaum muslimin. Padahal kita dapat belajar tentang makna cinta yang teramat tinggi dari keindahan kalbunya.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur