Inilah yang ditegaskan oleh Nizar Abazhah dalam buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad (2014: 277) menerangkan, ketika pajak bumi dari Bahrain diserahkan kepada Nabi, ia langsung diletakkan di atas tikar di dalam masjid. Kemudian beliau berdiri dan membagi-bagikan pajak itu kepada orang lain. Tak sepeser pun beliau sisakan untuk dirinya.
Meski ditimpa dengan kekayaan melimpah, Nabi Muhammad mempertahankan gaya sederhana, kehidupan manusia agung itu sama saja dengan rakyat jelata. Bahagia itu bukan pada apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita bagi.
Tidak perlulah mabuk dalam euforia menjadi crazy rich, apalagi sampai pamer-pamer kekayaan segala. Banyak kok orang yang lebih tajir tetapi hidupnya sederhana saja dan penampilannya bersahaja. Dengan demikian, tidak akan ada perasaan yang tersakiti, dan tidak ada pula dosa-dosa yang menyertai aksi pamer itu.
Tatkala kita mengejar-ngejar dunia, jangan kaget kalau kemudian dunia yang mempemainkan lalu bahkan mencampakkan kita. Namun, jika kita membersihkan hati dari godaan dunia, maka jangan heran bila kemudian malah dunia yang mengejar-ngejar kita.
KOMENTAR ANDA