KOMENTAR

Dalam diskusi singkat yang digelar saat launching Herstori, sejarawan Yerri Wirawan menjelaskan bahwa memang ada jarak yang cukup jauh antara sejarah dengan anak muda. "Saya lebih suka introspeksi (sebagai seorang pengajar sejarah) dan mencari cara memperkenalkan sejarah supaya lebih bisa masuk ke anak muda," ujar Dr. Yerri.

Secara sederhana, Dr. Yerri menyebut bahwa sejarah adalah upaya kita merekonstruksi masa lalu. Menurutnya, sejarah menjadi penting karena dalam berperilaku dan bertindak, manusia kerap mengharapkan adanya rujukan atau role model. Karena itulah sejarah bisa menjadi contoh bagi manusia yang hidup di masa sekarang.

Kegelisahan tentang minat anak muda pada sejarah juga dirasakan Direktur YouthLab Muhammad Faisal, yang juga pemerhati generasi muda.

Ia memutuskan menggelar kajian sejarah rutin bagi para anak muda, terutama mereka yang berusia di bawah 30 tahun. Menurutnya, selama ini anak muda memandang sejarah hanya sebagai kumpulan tanggal, nama peristiwa, dan tokoh yang harus dihafalkan dalam pelajaran di sekolah.

"Tantangan lainnya adalah pembicaraan generasi muda saat ini didominasi oleh narasi masa depan. Tentang kecanggihan teknologi, energi terbarukan, hingga kemungkinan hidup di Mars. Karena itulah porsi pembicaraan tentang sejarah (apa yang terjadi di masa lalu) menjadi semakin berkurang," ujar Dr. Faisal.

Melengkapi pendapat para koleganya, Sinta Ridwan menekankan tentang pentingnya mengingat kembali berbagai 'rasa' yang disajikan sejarah lalu mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik sesuai psikologi anak muda. Bagaimanapun juga, sejarah mengandung nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi pemandu jalan bagi perjalanan hidup manusia saat ini.

"Seperti halnya dongeng yang bisa mengandung kisah sejarah dan nilai, Herstori ini ada dua irisan yaitu sejarah dan fesyen. Ini menjadi sebuah tantangan terhadap generasi muda untuk mengenal sejarah."

"Saya berterima kasih kepada Mbak Nina karena diajak ikut serta dalam Herstori. Banyak teman-teman saya yang bergelut di bidang penelitian sejarah bingung akan bekerja di mana dengan ilmu mereka. Semoga apa yang saya lakukan menjadi inspirasi," ujar perempuan kelahiran Cirebon, 11 Januari 1985 yang sedang menempuh pendidikan S3 Antrologi ini.

Sekali Lagi, Betapa Kaya Budaya Indonesia

Perpaduan sejarah dan kreativitas cipta busana pada akhirnya menghasilkan karya yang kaya filosofi namun juga fungsional.

Tentang keikutsertaannya di Herstori, fotografer Saefie Adjie Badas menyebut proyek ini sangat menantang baginya. Herstori menjadi napak tilas masa lalu yang memperlihatkan bahwa bukan hanya laki-laki yang berdaya melainkan banyak perempuan tak kalah tangguh yang tercatat dalam sejarah.

Terlebih lagi menurutnya, gaya busana di masa lampau sesungguhnya sangat menarik, dengan berbagai warna dan ornamen. "Jika kita membaca literatur fesyen, orang Barat—juga international brand seperti Chanel, justru mendapat inspirasi tentang corak, motif, dan pernak-pernik dari Timur (Asia), karena kita sangat kaya. Jadi mengapa bukan kita sendiri yang mengeksplorasi kekayaan budaya Timur?" kata Badas.

Bila berbicara tentang busana perempuan di masa lalu, terlebih lagi jika berhubungan dengan kerajaan dan dinasti, Nina menyebutnya sebagai high fashion yang menyerupai adibusana di masa kini.

Kemudian di tangan fashion stylist Bung Bung Mangaraja Negoro, Herstori menjadi sebuah gaya informal dan casual namun berkelas. Gaya yang simpel namun menyiratkan kepedulian pemakainya akan sejarah, terutama dalam memaknai keberdayaan perempuan masa lalu ke dalam kehidupan modern.

Nah, siapa lagi perempuan hebat dari abad lampau yang akan melatari perjalanan Herstori ke depan?

Mari menanti karya apik persembahan Nina Septiana dan Sinta Ridwan di chapter-chapter Herstori selanjutnya.




Outfit Feminin Bikin Pesona Syifa Hadju Kian Terpancar

Sebelumnya

Strategi Pemasaran Brand Kecantikan untuk Menarik Rasa Penasaran Gen Z

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga