Para faizin atau pemenang Idul Fitri telah melalui penyucian diri bulan Ramadhan. Kita kembali ke fitrah asal, dengan jati diri sebagai pemenang sebenar-benarnya/ Net
Para faizin atau pemenang Idul Fitri telah melalui penyucian diri bulan Ramadhan. Kita kembali ke fitrah asal, dengan jati diri sebagai pemenang sebenar-benarnya/ Net
KOMENTAR

Apabila kita masih ingin menang sendiri, apalagi sampai dengan menjatuhkan pihak lain, maka belumlah pantas disebut pemenang Ramadhan, dan jangan bermimpi termasuk golongan faizin. Malahan yang ada dikecam agama sebagai orang munafik, ya hanya orang munafik yang maunya jadi pemenang tunggal tak terkecuali dengan menjungkalkan kawannya. Baginya tidak ada kawan maupun lawan, yang ada hanyalah kepentingan nafsunya saja.

Nafsu yang memperkuda orang-orang munafik itu sampai terobsesi dengan kemenangan meski mengorbankan kebenaran dan keadilan. Itu pastinya tidak dapat disebut kemenangan sejati, karena sebenarnya orang-orang munafik itu telah kalah total. Mereka sama seperti tim sepak bola yang bersorak-sorai, padahal yang dibobol gawangnya sendiri.

M. Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati (2007: 404-405) mengungkapkan, setelah mengasah dan mengasuh jiwa -yaitu berpuasa- selama satu bulan, diharapkan setiap muslim dapat kembali ke asal kejadiannya dan menemukan “jati dirinya”, yaitu kembali suci sebagaimana ketika ia baru dilahirkan serta kembali mengamalkan ajaran agama yang benar.

Dan inilah yang menjadi pamungkas dari bahasan, sebab faizin atau pemenang Idul Fitri itu telah melalui penyucian diri bulan Ramadhan. Kita kembali ke fitrah asal, dengan jati diri sebagai pemenang sebenar-benarnya.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur