Foto: Courtesy of BBC
Foto: Courtesy of BBC
KOMENTAR

KABAR tentang pelanggaran kemanusiaan dalam kamp tahanan di wilayah Xinjiang selama ini selalu dibantah pemerintah China. Beijing kukuh menyebutnya sebagai sekolah sebagai tempat "pendidikan ulang" bagi warga negaranya.

Namun kini sejumlah data seputar para penghuni kamp tersebut terkuak. Ribuan foto dari sistem penahanan massal di China yang sangat dirahasiakan telah diretas dari server komputer polisi.

Dinamakan "File Polisi Xinjiang", sumber file mengklaim telah berhasil mengunduh dan mendeskripsikan data yang mereka retas sebelum menyerahkannya kepada Dr. Adrian Zenz dari Victims of Communism Memorial Foundation yang bermarkas di Amerika Serikat. Dr. Adrian pernah menerima sanksi dari pemerintah China terkait penelitiannya di Xinjiang.

File tersebut kemudian dibagikan Dr. Adrian kepada BBC pada awal tahun 2022. Namun sumber tersebut tidak bersedia mengungkapkan identitas dan kehadiran mereka.

Dari dokumen yang diretas, tahun terakhir yang ditemukan adalah 2018. Penyebabnya bisa jadi adanya arahan untuk memperketat standar dokumentasi Xinjiang yang dikeluarkan awal tahun 2019. Artinya, file yang dimasukkan berikutnya tak terjamah oleh para peretas.

Dr. Adrian sudah menulis makalah peer-review terkait file tersebut untuk Jurnal Asosiasi Eropa dan Studi China dengan gambar lengkap tahanan dan bukti lain secara online.

Kepada BBC, Dr. Adrian menyatakan bahwa ia memiliki semua materi yang tidak tersunting. Ada dokumen rahasia, ada transkrip pidato para pemimpin, ada spreadsheet, ada gambar-gambar, yang benar-benar belum pernah dilihat sebelumnya.

Dari foto-foto tersebut diketahui bahwa penghuni kamp tertua adalah Anihan Hamit (ditahan saat usianya 73 tahun) dan yang termuda adalah Rahile Omer (ditahan saat usianya 15 tahun).

Untuk memastikan keaslian foto-foto dalam file, BBC berkonsultasi dengan ahli foto forensik dari University of California, Berkeley Prof. Hany Farid. Ia melihat bahwa tidak ada bukti bahwa foto-foto tersebut telah dimanipulasi secara digital. Tidak ditemukan deep fake dan tidak ada yang dibuat-buat.

File tersebut dipublikasikan bertepatan dengan kedatangan Komisaris Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet ke China. Michelle telah bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi,
Senin (23/5/2022).

Apa Isi File Polisi Xinjiang?

File Polisi Xinjiang bukan hanya berisi foto para tahanan tapi juga dokumen yang mengekspos bagaimana kamp "pendidikan ulang" yang disebut "sekolah kejuruan" juga adanya penjara.

Foto-foto tersebut menjadi catatan visual tentang bagaimana satu demi satu penduduk Uyghur bisa 'menghilang' dari rumah mereka lalu 'tersapu' ke dalam kamp dan penjara.

Pemerintah mengklaim bahwa kamp yang beroperasi sejak tahun 2017 itu hanyalah "sekolah", namun hal itu bertentangan dengan instruksi polisi internal, daftar nama penjaga, dan gambar tahanan yang sebelumnya belum pernah dilihat, yang sesuai dengan kondisi penjara.

Dokumen juga memperlihatkan penggunaan tuduhan terorisme, dengan lembar kerja polisi yang penuh dengan hukuman kejam yang sewenang-wenang.

Kebijakan tersebut menargetkan hampir semua orang yang mengekspresikan identitas, budaya, maupun keyakinan terhadap Islam. Dokumen juga menunjukkan rantai komando yang terus naik sampai ke Xi Jinping.

File Polisi Xinjiang berisi lebih dari 5000 foto yang diambil antara Januari hingga Juli 2018.

Perbandingan dengan data lain menunjukkan setidaknya ada 2.884 orang yang terbukti ditahan dalam kamp di Xinjiang.

Beberapa foto kamp memperlihatkan adanya penjaga bersenjatakan tongkat yang berdiri mengawasi para tahanan, mengindikasikan adanya ancaman kekerasan fisik.

Serangkaian protokol internal polisi menggambarkan penggunaan rutin petugas bersenjata di semua area kamp, penempatan senapan mesin dan senapan sniper di menara pengawas, serta kebijakan tembak-menembak bagi mereka yang mencoba melarikan diri.

Penutup mata, borgol, dan pengikat lainnya wajib bagi "siswa" yang dipindahkan antar fasilitas atau bahkan ke rumah sakit.

Namun pemerintah tetap menampik, bersikeras menyebutnya sebagai sekolah.

"Yang benar adalah pusat pendidikan dan pelatihan di Xinjiang merupakan sekolah yang membantu orang membebaskan diri dari esktremisme," ujar Menlu Wang Yi pada tahun 2019.

Banyak yang ditahan hanya karena tanda-tanda fisik yang berkaitan dengan Islam atau karena mengunjungi negara-negara dengan populasi mayoritas Muslim.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News