Hendaknya, baik itu istri, saudara atau siapapun dari kalangan anggota keluarga sama-sama memiliki kearifan, agar suami atau saudara laki-lakinya itu tidak tersudut berada dalam pilihan yang sama-sama sulit, yang lebih pelik daripada memakan buah simalakama.
Masing-masing pihak perlu bijaksana pula dalam mengukur kebutuhan dirinya dibandingkan keterdesakan atau kedaruratan anggota keluarga yang lain. Sehingga, sama-sama muncul kesadaran untuk menciptakan suasana harmonis yang berkeadilan dalam keluarga besar.
Karena dalam kehidupan keluarga ada hak dan kewajiban, yang masing-masingnya tidak boleh diabaikan. Baik itu atas nama cinta, maka tidak boleh melebih-lebihkan apa yang menjadi hak. Entah itu atas dasar benci, juga terlarang mengurangi apa yang memang sudah menjadi hak seseorang, terlebih lagi bila itu keluarga sendiri. Maka adil itu lebih dicintai Allah Swt.!
KOMENTAR ANDA