Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SEBUAH surat dalam Al-Qur’an terkhusus dinamakan Maryam, yang di dalamnya sangat banyak ayat menceritakan kisah perempuan mulia tersebut. Maryam merupakan sedikit manusia yang begitu terang-benderang dipaparkan perjalanan hidupnya. Betapa agungnya kitab suci menjelaskan siapa Maryam, yang diterangkan semenjak dirinya belum dilahirkan hingga akhirnya ia melahirkan dengan cara luar biasa.

Buat apa Al-Qur’an berpanjang-panjang mengulas kisah seorang Maryam, kalau bukan teramat banyak mutiara hikmah yang perlu diraup. Tidak ada lagi perempuan sepertinya, dari itu kerahkanlah perhatian supaya kita tidak tertinggal tentang kemuliaannya.

Kisah bermula dari istri Imran, yang bernazar kelak bayi yang dikandungnya akan

dipersembahkan kepada Allah Swt, beribadah semata-mata terhadap Ilahi di Baitul Maqdis.

Tampaknya dia sudah optimis, kelak yang akan lahir adalah bayi laki-laki. Hanya saja, Tuhan menakdirkan yang lahir justru bayi perempuan, yang tentunya membuat nazar istri Imran sulit diwujudkan.

Dia pun mengadukan kepada Tuhan, fakta tentang anak perempuan yang dinamakan Maryam, yang hendak diserahkan juga kepada rumah ibadah. Intinya, nazar itu tidak akan pernah diingkari oleh sang ibunda.

Dalam surat Ali Imran: 36:

“Maka, tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkan itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”

Istri Imran pantang menyerah. Meski lazimnya yang berkhidmat di Baitul Maqdis adalah laki-laki, tetapi dirinya tetap ingin mewujudkan nazar. Janji kepada Tuhan mestilah dipenuhi.

Tuhan pun menerima nazarnya dan jadilah Maryam sebagai bukti tidak ada diskriminasi di rumah ibadah. Maryam pun tumbuh dengan baik, sehingga masanya berkhidmat di Baitul Maqdis tiba.

Dibutuhkan seseorang terpercaya yang bertugas menjaga dan merawat Maryam. Pemilihan terhadap calon pengasuh Maryam berlangsung sangat ketat, karena banyak tokoh terkemuka yang mengajukan dirinya. Demi rasa keadilan, kemudian diselenggarakan undian menggunakan anak panah, lalu Tuhan berkehendak Nabi Zakaria, lelaki saleh, memperoleh hak pengasuhan.

Surat Ali Imran: 44, berbunyi:

“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad), padahal kamu tidak hadir. Beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa

di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.”

Imam Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi (2011: 934) mengungkapkan: Para ulama tafsir mengatakan, Zakaria memberikan tempat yang sangat terhormat di

masjid itu bagi Maryam. Tempat itu tidak boleh dimasuki oleh siapapun selain Maryam.

Ditempat itulah ia beribadah kepada Allah dan melaksanakan kewajibannya untuk melayani rumah Allah apabila mendapatkan giliran. Ia selalu beribadah siang dan malam, hingga ia menjadi bahan percontohan di kalangan Bani Israil dalam beribadah.

Dan ternyata, Nabi Zakaria tidak perlu repot-repot merawat Maryam, sebab dirinya dipelihara langsung oleh Allah Swt. Bahkan Nabi Zakaria terkaget-kaget melihat makanan dan minuman sudah tersedia secara ajaib di kamar Maryam.

Ali Imran ayat 37, yang artinya:

“Maka, Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Hai Maryam darimana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah’. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”

Terlihat sudah karunia Ilahi terhadap Maryam. Kehadirannya tidak membebani siapapun. Sanjungan ditujukan langsung terhadap perempuan tersebut.

Sebagaimana surat Ali Imran ayat 42, yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”

Maryam ditempatkan secara khusus di bagian timur Masjidil Aqsha atau Baitul Maqdis, di ruangan yang memelihara dirinya dari pandangan yang mengganggu, yang menjaga dirinya dari godaan duniawi.




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tafsir