SUARA takbir bergema di medan Perang Badar. Itulah ungkapan rasa syukur dari pasukan muslimin atas kemenangan besar yang dianugerahkan Allah.
Haisuman bin Abdullah yang lebih dulu tiba di Makkah. Dia menyampaikan kabar duka cita kepada kaum Quraisy. Awalnya, kaum musyrikin tidak percaya dengan kekalahan itu, sebab jumlah pasukan mereka lebih besar. Tetapi kenyataan pahit tidak dapat ditolak.
Ath-Ṭhabari Ṭ pada bukunya Muhammad di Makkah dan Madinah (2019: 466) menulis, orang pertama yang tiba di Makkah dengan membawa berita kekalahan kaum Quraisy adalah Haisuman bin Abdullah bin Iyas bin Dhubai’ah bin Mazin bin Ka’ab bin Amr al-Khuza’i.
“Apa yang terjadi?” tanya orang-orang Makkah.
“Utbah bin Rabi’ah tewas, juga Syaibah bin Rabi’ah, Abu al-Hakam bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Zam’ah bin al-Aswad, Abu al-Bakhtari bin Hisyam, Nubaih bin al-Hajjaj, dan Munabbih bin al-Hajjaj,” jawabnya.
Dengan berat hati Haisuman bin Abdullah menyebutkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati di Badar. Bahkan tokoh-tokoh penting Quraisy, seperti Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf. Kesedihan pun melanda kaum penyembah berhala di Makkah, bahka Abu Lahab jatuh sakit karenanya.
Moenawar Chalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw (2001: 59-60) menuturkan, karena sedihnya ditinggalkan oleh kawan-kawannya, Abu Lahab jatuh sakit. Selang tujuh hari kemudian, ia meninggal dengan membawa kepedihan yang tak terhingga.
Tatkala tentara Quraisy yang kalah itu pulang ke Makkah dan banyak di antara para ketua mereka yang tewas dalam pertempuran, yang tampak datang hanya tinggal Abu Sufyan. Maka Abu Sufyan terus menuju ke suatu tempat dekat sumur Zamzam. Ketika itu, datanglah Abu Lahab dan terus bertanya kepada Abu Sufyan.
“Bagaimana kabarnya?”
Setelah Abu Lahab menerima laporan yang jelas dari Abu Sufyan dan lainnya, ia jatuh pingsan. Namun ia sempat memukul Abu Rafi’ (budak Abbas bin Abdul Muthalib), karena dianggap menghinanya.
Abu Lahab jatuh sakit dan tujuh hari kemudian ia pun wafat. Penyebab sakitnya adalah karena hatinya terpukul dengan keras akibat kekalahan tentaranya yang tidak disangka-sangka itu.
Riwayat lain menyebutkan, Abu Lahab terkena penyakit cacar sehingga bangkainya amat busuk dan sampai tiga hari baru dimakamkan. Akhirnya, orang-orang memasukkan mayatnya ke dalam lubang kubur secara tergesa-gesa, lalu menimbunnya secepat mungkin.
Itulah akhir hayat yang buruk untuk Abu Lahab yang selalu menghina dan menyakiti Nabi Muhammad. Dia menanggung balasan yang buruk akibat beragam kejahatannya. Bahkan pemakamannya tidak diiringi air mata, Kaum Quraisy berjanji untuk tidak akan menangisi kekalahan itu agar terlihat tegar menerima aib yang menyedihkan.
Begitu pula dengan Hindun, tidak mau menangis meskipun ayah dan saudaranya mati di Badar. Istri Abu Sufyan itu tampak tegar, ternyata ia sibuk dengan luapan amarah dan kobaran dendam.
Hindun berkata, “Aku harus membalas dendam kepada Muhammad dan teman- temannya!”
Ia bahkan bersumpah tidak lagi menggunakan minyak wangi hingga bisa membalas dendam. Wanita berlidah tajam itu terus berkeliling kota Makkah menghasut orang-orang Quraisy. Hindun mengobarkan kebencian kaum musyrikin akibat kekalahan di Perang Badar.
Lain kejadiannya di pihak kaum muslimin yang berhasil menjadi pemenang. Terlebih dulu Nabi Muhammad mengirim dua orang utusan ke Madinah. Mereka bertugas menyampaikan kabar gembira kepada penduduk di sana.
Abdullah bin Rawahah dikirim ke daerah di dataran tinggi. Sedangkan Zaid bin Haritsah dikirim ke daerah di dataran rendah. Berita kemenangan itu membuat kota Madinah dipenuhi orang-orang yang bahagia. Mereka tidak menyangka jumlah yang sedikit bisa mengalahkan musuh yang banyak.
Umat Islam menyuarakan tahlil dan takbir. Kaum muslimin bersyukur atas kemenangan yang merupakan karunai Ilahi.
Abul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi dalam bukunya Sirah Nabawiyah (2020: 350) memaparkan, Rasulullah Saw kembali ke Madinah dengan gagah, penuh kemenangan. Seluruh musuh beliau di Madinah dan sekitarnya pun merasa gentar. Rasulullah memerintahkan dua pembawa berita untuk mendahului beliau ke Madinah, yaitu Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah.
Abdullah menyampaikan berita kepada penduduk Madinah.
Ia berkata, “Wahai kaum Anshar, bergembiralah atas keselamatan Rasulullah! Para prajurit pasukan musyrik ada yangterbunuh dan ada yang tertawan.”
Abdullah menyebutkan nama-nama prajurit dari pasukan kaum Quraisy yang terbunuh di Perang Badar, sambil mengumumkan kabar gembira itu dari rumah ke rumah. Anak-anak melantunkan bait-bait syair kegembiraan dengan penuh syukur. Sementara yang lainnya berada di antara rasa percaya dan ragu-ragu, hingga Rasulullah beserta pasukan Islam benar-benar tiba di Madinah.
Nabi Muhammad dan pasukan muslimin pulang ke Madinah. Orang-orang menyambutya dengan suka cita. Mereka mengucapkan selamat kepada Rasulullah dan para pejuang Islam.
KOMENTAR ANDA