Sang wakil wali kota akhirnya terjerat kasus korupsi. Dicopot. Dihukum. Ketahuan pula setiap kali ke jembatan surga itu ia bisa menghabiskan satu menu Rp 10 juta. Mirip dengan makan di Ebeya Steak House, di lantai bawah Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta.
Orang seperti Bill Gate juga tinggal di sini. Saat menonton olimpiade dulu. Menghabiskan Rp 12 miliar.
Mantan Menlu Amerika yang legendaris, Henry Kissinger, juga menginap di sini. Pada momentum yang sama.
Hotel 7 Star-nya sendiri tarifnya Rp 5 juta/malam. Tidak terlalu mahal. Dibanding, misalnya, Nihi Sumba di Sumba Barat.
Juga bosnya itu sendiri yang menamakan hotel di jembatan surga itu '7 Star'. Ia tidak mau hotelnya dikategorikan bintang 5. Ia ingin disejajarkan dengan hotel bintang 7 di Uni Emirat Arab. Yang dari jauh sangat indah itu. Mirip layarnya perahu layar itu.
Di dunia ini memang tidak ada lembaga perhotelan yang mau memberi ranking bintang 6. Apalagi bintang 7. Ranking tertinggi adalah bintang 5. Hotel terbaik di New York pun, Astoria, juga bintang 5.
Guo ingin serba hebat. Ia namakan sendiri hotelnya '7 Star'. Waktu jembatan surga itu diresmikan Guo memang masih berumur 37 tahun. Menyala-menyalanya kehidupan seorang laki-laki sejati.
Guo dan istri.
Salah satu yang membongkar skandal kolusinya itu adalah majalah bisnis Caixin. Milik pengusaha Hu Shuli.
Di Tiongkok kebebasan pers sangat dibatasi. Kalau terkait politik. Tapi sangat-sangat bebas. Kalau masalah bisnis. Majalah Caixin rajanya. Paling sering membongkar skandal kolusi di perusahaan swasta. Caixin sangat ditakuti kalangan pengusaha.
Waktu itu Wang Qishan belum menjadi Wakil Presiden. Masih menjabat ketua KPK-nya Tiongkok. Perkara ini ia tangani dengan tuntas. Tidak peduli dengan rumor menakutkan: Guo dibekingi pejabat tinggi dari pusat.
Bahkan pejabat tinggi itu dibongkar sekalian. Wakil Menteri Keuangan diperiksa. Terbongkar semuanya. Ma Jiang, Wakil Menkeu itu, ditahan. Diadili. Dihukum.
Giliran Wang Qishan mengejar Guo-nya sendiri. Guo ternyata takut. Lari. Ke Timur Tengah. Ke Eropa. Akhirnya ke New York.
Di New York, Guo tinggal di satu apartemen yang ia beli dengan harga sekitar Rp 1 triliun. Istimewa. Menghadap ke Central Park New York yang terkenal itu.
Guo lari dengan membawa beberapa koper kebencian. Benci pada majalah Caixin. Sekaligus kepada bos majalah itu, Hu Shuli. Benci kepada Wang Qishan yang akan menangkapnya. Benci kepada Xi Jinping yang program pemberantasan korupsinya tidak pandang bulu.
Salah satu kepor kebencian itu ia serahkan kepada Steve Bannon. Ia penasehat masalah strategis Presiden Trump. Yang sangat anti Tiongkok. Yang selalu mengusulkan ini: Amerika tidak usah muter-muter, langsung saja runtuhkan pemerintah pusat Tiongkok! (Baca DIs Way: Guo Bannon).
Guo sudah lama mengenal Bannon. Saat menghadiri olimpiade Beijing, Bannon juga tinggal di jembatan surga. Bannon mengaku merinding saat menyaksikan acara pembukaan olimpiade. Emosinya memuncak saat melihat adegan demi adegan di pembukaan itu. Yang ia bayangkan mengandung filsafat ancaman.
Tiongkok akan segera menelan Amerika. Katanya: terbaca dari adegan itu.
Saya juga melihat pembukaan olimpiade itu. Di siaran langsung televisi. Memang dahsyat. Filosofi adegannya sangat dalam. Tentang kejayaan Tiongkok kuno. Yang akan tiba kembali untuk Tiongkok-modern.
Saya dua-tiga kali menonton lagi acara pembukaan itu. Di siaran ulangnya. Memang dahsyat. Tapi imajinasi saya tidak seperti imajinasi Bannon. Saya melihat kebangkitan Tiongkok-modern sebagai keniscayaan. Akibat penderitaannya yang tak tertahankan selama puluhan tahun. Setidaknya selama 70 tahun. Sampai tahun 1985.
Tahun 1966 adalah tipping point bagi Tiongkok. Ketika terjadi revolusi kebudayaan. Wen Hua Da Ge Ming. Ketika kelaparan melanda seluruh negeri.
Setelah lari Guo begitu sering melakukan pertemuan dengan Bannon. Membicarakan bagaimana menumbangkan pemerintah Tiongkok di bawah Xi Jinping. Bagaimana mengakhiri komunisme di negeri itu. Bagaimana Tiongkok tidak jadi ancaman bagi Amerika.
Guo juga menjadi anggota Mar-a-Lago. Sebuah istana mewah milik pribadi Presiden Trump. Di Florida. Yang ada lapangan golfnya. Yang tidak mudah untuk bisa menjadi member-nya.
Mar-a-Lago adalah 'Gedung Putih' di musim dingin. Ketika Gedung Putih di Washington bersalju Trump sering tinggal di Mar-a-Lago.
KOMENTAR ANDA